<\/figure><\/div>\n\n\nKementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus menyeimbangkan\ntujuan menjamin pendidikan dasar gratis untuk semua warga negara dengan\nmeningkatkan kualitas sekolahnya untuk memberdayakan siswa untuk bersaing di\npanggung global. Dengan semakin banyaknya sekolah yang terburu-buru menerapkan\nkurikulum bilingual atau bahkan multibahasa, tantangan yang jelas adalah\nmenemukan guru yang cukup berkualitas untuk melakukan pekerjaan itu. Ada\nkekhawatiran tentang mereka yang mengajar dalam bahasa Inggris yang tidak\nmemenuhi syarat untuk melakukannya dengan cara yang benar-benar akan\nmeningkatkan kapasitas linguistik siswa.<\/p>\n\n\n\n
Mengajar di sekolah-sekolah Indonesia seringkali terlalu\nteoretis dan gaya pengajaran otoriter menawarkan sedikit kesempatan untuk\nberpikir kreatif dan kritis keterampilan yang sangat diperlukan untuk\nmengembangkan kewirausahaan dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini\nmenjadikan pelatihan kejuruan di sebelah pendidikan formal menjadi segmen yang\nmenarik bagi mereka yang ingin berinvestasi lebih banyak di negara ini.<\/p>\n\n\n\n
Presiden Jokowi telah mengumumkan rencana berani untuk\nsumber daya manusia tetapi yang dibutuhkan oleh negara adalah untuk\nmeningkatkan kualitas pengajaran, bukan dorongan untuk pembelanjaan, kata\nSiwage Dharma Negara dari ISEAS-Yusof Ishak Institute.<\/p>\n\n\n\n
Dalam pidato kenegaraannya di bulan Agustus, Presiden Jokowi\nWidodo menguraikan visinya untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia.<\/p>\n\n\n\n
Jokowi mengatakan dia percaya bahwa sumber daya manusia\nadalah kunci untuk menang dalam lingkungan persaingan internasional yang\nsengit.<\/p>\n\n\n\n
Presiden mendesak negara itu untuk segera melihat peran\nsumber daya manusia dalam inovasi, terutama di sektor sains dan teknologi.<\/p>\n\n\n\n
Dia membingkai rencananya dalam hal bagaimana Indonesia\ndapat menanggapi gangguan ekonomi global dan melepaskan ketergantungannya pada\nsumber daya alam.<\/p>\n\n\n\n
Dia menambahkan bahwa jendela peluang untuk mendapatkan\nmanfaat dari bonus demografi Indonesia, karena jumlah penduduk usia kerja\nmelebihi jumlah tanggungan, termasuk orang tua dan anak-anak, relatif pendek.\nKarena itu, Indonesia harus fokus pada pendidikan dalam mengembangkan sumber\ndaya manusianya.<\/p>\n\n\n\n
Banyak pengamat terkejut dengan janji Jokowi dan menyebutnya\nperubahan kebijakan. Tetapi penekanan pada perkembangan manusia ini bukanlah\nhal baru, dan telah diartikulasikan dalam banyak pidato Jokowi di masa lalu.<\/p>\n\n\n\n
Selain itu, visi yang sama telah diartikulasikan oleh\npendahulu Jokowi, Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi, pertanyaannya adalah apa yang\nbenar-benar baru dalam hal pendidikan di masa jabatan kedua Jokowi?<\/p>\n\n\n\n
Untuk mewujudkan visi Jokowi, pemerintahannya akan\nmenghabiskan sekitar US $ 36 miliar untuk pendidikan pada tahun 2020, menurut\nproposal anggaran negara yang dirilis pada pertengahan Agustus. Jumlah ini naik\n30 persen dari 2015, tetapi tetap dalam 20 persen dari total pengeluaran publik\nyang diamanatkan oleh konstitusi.<\/p>\n\n\n\n
Bahkan, selama hampir satu dekade, Indonesia telah\nmenghabiskan 20 persen dari anggaran negara untuk pendidikan. Meski demikian,\nkinerja pendidikan negara itu terus tertinggal, meskipun ada investasi yang\nsignifikan.<\/p>\n\n\n\n
Pada akhirnya, untuk memiliki kesempatan yang masuk akal\nuntuk keluar dari status ekonominya yang sedang berkembang, prioritas Indonesia\nuntuk pendidikan harus secara bermakna meningkatkan akses sambil membangun\nmassa kritis dari tenaga kerja berketerampilan tinggi dan berpendidikan tinggi.<\/p>\n\n\n\n
Saat ini tenaga kerja negara masih didominasi oleh tenaga\nkerja berketerampilan rendah, dengan tingkat partisipasi dalam pendidikan\nmenengah dan rendah yang rendah menurut standar regional.<\/p>\n\n\n\n
Sekitar 40 persen dari usia kerja orang Indonesia hanya\nmemiliki pendidikan sekolah dasar, sementara hanya 9 persen dari angkatan kerja\nmemiliki gelar sarjana, menurut Statistik Indonesia.<\/p>\n\n\n\n
Melihat lebih dekat pada apa uang itu dihabiskan\nmengungkapkan. Peningkatan anggaran pendidikan terutama ditujukan untuk gaji\nguru, khususnya program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru\ndengan menawarkan insentif keuangan bagi guru untuk menjalani proses sertifikasi\ndengan biaya US $ 4,3 miliar atau 15 persen dari pendidikan.<\/p>\n\n\n\n
Tujuannya adalah untuk meningkatkan tingkat kompetensi\nakademik guru, keterampilan pedagogis dan kecerdasan emosional. Jika mereka\nlulus, gajinya dua kali lipat dan mereka dapat berharap untuk tunjangan yang\nlebih tinggi menuju pengembangan profesional.<\/p>\n\n\n\n
Meningkatkan berapa banyak guru dibayar telah mengambil\nbagian besar dari anggaran pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 60\npersen dari anggaran pendidikan akan digunakan untuk gaji dan tunjangan guru.<\/p>\n\n\n\n
Sisa pengeluaran pendidikan ditujukan untuk meningkatkan\nakses ke pendidikan, misalnya melalui Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),\nsebuah program yang memberikan hibah kepada sekolah-sekolah dengan tujuan\nmengurangi beban keuangan publik untuk menyelesaikan wajib belajar 9 tahun, dan\nIndonesia Smart Card (KIP), program bantuan tunai untuk rumah tangga\nberpenghasilan rendah yang ingin mengirim anak-anak mereka yang berusia 7\nhingga 18 tahun ke sekolah.<\/p>\n\n\n\n
Namun demikian, kenaikan gaji guru yang besar ini belum\nditerjemahkan ke dalam hasil belajar siswa yang lebih baik.<\/p>\n\n\n\n
Akibatnya, pemerintahan Jokowi mendapat kecaman luas bahwa\nsertifikat itu tidak ada artinya. Ini telah membuka presiden untuk spekulasi\nbahwa program-program seperti itu dirancang untuk melegitimasi pemberian uang\nlebih banyak kepada para guru, sebuah bank pemberi suara kritis.<\/p>\n\n\n\n
Sementara meningkatkan akses ke pendidikan adalah bagian\npenting dari rencana untuk meningkatkan standar tenaga kerja, pemerintah harus\nfokus pada peningkatan kualitas pendidikan terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah mengakui hal ini.\nDalam wawancara media baru-baru ini, dia mengatakan bahwa pemerintah harus\nmeningkatkan efektivitas belanja pendidikan.<\/p>\n\n\n\n
Menteri Sri menyebutkan bahwa kinerja pendidikan Indonesia\njauh di belakang Vietnam, peningkatan ekonomi Asia Tenggara. Dia menunjuk\nalokasi anggaran yang sama untuk belanja pendidikan di kedua ekonomi (20 persen\ndari anggaran pemerintah) dan hasil yang berbeda.<\/p>\n\n\n\n
Pelajar Indonesia berusia 15 peringkat 62 dari 70 negara\ndalam survei Program OECD untuk Penilaian Siswa Internasional (PISA).\nSebaliknya, Vietnam di peringkat ke-22, dan Thailand di peringkat ke-56.\nSingapura berada di urutan pertama dan Tiongkok ke-10.<\/p>\n\n\n\n
Kualitas pendidikan tergantung pada kualifikasi guru.<\/p>\n\n\n\n
Meskipun ada upaya negara untuk meningkatkan kompetensi guru\nmelalui proses sertifikasi, banyak yang tidak memenuhi standar yang disyaratkan\nproses kualifikasi untuk dikembangkan.<\/p>\n\n\n\n
Dalam praktiknya, sertifikasi dapat diperoleh dengan mudah.\nAda kurangnya pemantauan kualitas pengajaran oleh guru bersertifikat setelah\nujian sertifikasi.<\/p>\n\n\n\n
Yang paling mengkhawatirkan, proses sertifikasi saat ini\ntidak cukup memberikan pengawasan atas kompetensi guru dan menggunakan materi\nakademik yang sudah ketinggalan zaman.<\/p>\n\n\n\n
Tantangan besar lainnya untuk memastikan bahwa pengajaran\nsesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah Jokowi adalah seberapa\nbanyak tata kelola telah didesentralisasi di Indonesia.<\/p>\n\n\n\n
Sistem ini memberdayakan pemerintah daerah di tingkat\nkabupaten dengan wewenang atas sumber daya dan personel pendidikan, mulai dari\nanak usia dini hingga sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah\nmenengah atas.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah letak tantangan bagaimana menyinkronkan tujuan\nkebijakan pemerintah pusat dan daerah.<\/p>\n\n\n\n
Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak guru direkrut karena\nmereka telah berkontribusi pada tim pemerintah daerah selama pemilihan kepala\ndaerah, kadang-kadang sebagai staf kontrak. Promosi mereka tidak sepenuhnya\ndidasarkan pada kinerja dan pencapaian standar layanan minimum yang ditetapkan\noleh pemerintah pusat.<\/p>\n\n\n\n
Ke depan, administrasi Jokowi harus meningkatkan rekrutmen\nguru, sertifikasi, dan pengembangan profesional berkelanjutan, serta memperkuat\npengawasan tentang bagaimana program-program seperti itu melintas di berbagai\ndaerah dan daerah.<\/p>\n\n\n\n
Hal itu dapat mengatasi kesenjangan yang lebar antara Jawa\ndan pulau-pulau terluar lainnya ketika menyangkut kualitas penyedia pendidikan\ndan pelatihan.<\/p>\n\n\n\n
Komitmen Jokowi untuk mempromosikan pembangunan manusia patut dipuji. Apakah visinya bagi Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografisnya dapat diwujudkan tergantung pada bagaimana Indonesia dapat meningkatkan standar pengajaran dan efektivitas bagaimana anggaran pendidikan digunakan untuk tujuan-tujuan ini.<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"
Pendidikan di Indonesia – Dalam sebuah laporan tentang keadaan pendidikan di Indonesia, \u201cBeyond access: Making Indonesia\u2019s education system work\u201d oleh Lowy Institute yang berbasis di Sydney menganalisis kekurangan sistem pendidikan negara dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, menelusuri kegagalannya pada \u201cpolitik dan […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":37,"comment_status":"closed","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2],"tags":[6],"class_list":["post-36","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-people-sheets","tag-pendidikan-di-indonesia"],"aioseo_notices":[],"_links":{"self":[{"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/36","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=36"}],"version-history":[{"count":5,"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/36\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":314,"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/36\/revisions\/314"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/media\/37"}],"wp:attachment":[{"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=36"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=36"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"http:\/\/www.people-sheets.com\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=36"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}